
Ragam Riau–—Dalam rangka mengembangkan pariwisata daerah, Pemerintah Kota Pekanbaru saat ini telah memiliki Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Tahun 2021-2036 sebagaimana tertuang di dalam Perda Nomor 1 Tahun 2021. Salah satu bentuk pariwisata adalah ekowisata.
Ekowisata adalah aktivitas pariwisata yang lebih menekankan kepada pendidikan lingkungan dan konservasi alam. Dan saat ini tren pertumbuhan ekowisata meningkat di berbagai daerah di Indonesia karena memiliki potensi besar dikunjungi para wisatawan domestik.
Untuk membantu kelompok Ekowisata yang ada di Pekanbaru yaitu Pulau Semut di Kelurahan Limbungan, Tim Dosen Pengabdian Kepada Masyarakat Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning Pekanbaru mengadakan pendampingan bagi kelompok ekosiwata.
Pelaksanaan pengabdian telah dimulai sejak tahun 2021 hingga akhir Desember 2021, dosen yang melakukan pendampingan sebagai ketua Dr Eno Suwarno, dengan anggota Emy Sadjati dan Hadinoto. Disebutkan Eno, masyarakat Dusun Pengambang Kelurahan Limbungan Kecamatan Rumbai Timur sedang giat membangun obyek ekowisata Pulau Semut, yang berada di muara Sungai Pengambang di pinggir Sungai Siak. Pembangunan obyek ekowisata yang diinisiasi oleh masyarakat ini seyogyanya selaras dengan arah kebijakan pariwisata Kota Pekanbaru.
Maka guna penyelarasan ini, Tim Pengabdian Fakultas Kehutanan UNILAK turun untuk membantu masyarakat melalui kegiatan penyuluhan dan pendampingan yang telah dilakukan pada Desember 2021 lalu bertempat di Saung Edukasi Obyek Ekowisata Pulau Semut. Sebagai peserta yaitu pengurus inti pengelola.
Dikatakan Eno pembangunan ekowisata sangat sejalan dengan misi Fakultas Kehutanan Universitas Lancang Kuning, yakni rekreasi sambil menyelamatkan lingkungan. “Kegiatan pendampingan dilakukan dalam kurun waktu yang lebih panjang, agar masyarakat benar-benar mampu menyelaraskan perencanaan dan realisasi pembangunannya sesuai dengan arah kebijakan pariwisata Kota Pekanbaru.” ujar Eno dalam keterangan tertulisnya.
Menurut Eddyanto selaku Ketua RW 7 Kelurahan Limbungan yang sekaligus selaku pembina obyek ekowisata Pulau Semut, menjelaskan bahwa pembangunan ekowisata Pulau Semut akan diarahkan untuk mendukung misi pengembangan budaya Melayu. Hal itu antara lain tercermin dari arsitektur bangunan-bangunan yang akan dibuat (pondok-pondok tempat beristirahat, gapura, warung, dan lain-lain), kerajinan masyarakat, dan suguhan makanan khas Melayu.
Dijelaskan Eddyanto, mengingat posisinya di tengah-tengah, obyek ekowisata Pulau Semut juga bisa menjadi satu kesatuan destinasi wisata dengan Danau Bandar Khayangan dan Kampung Wisata Okura. Ketiga destinasi wisata tersebut bisa dihubungkan melalui jalur darat maupun jalur air. Bila menggunakan jalur air bisa menggunakan perahu menelusuri Sungai Siak dan Sungai Pengambang.
“Semoga dengan keberadaan obyek ekowisata Pulau Semut, nantinya dapat menambah alternatif tujuan wisata bagi masyarakat Kota Pekanbaru, dan masyarakat di tempat kami pun bisa meningkat perekonomiannya”, pungkas Eddyanto.