Opini : Oleh Endriani, SP, MSi (Dosen Fakultas Pertanian Unilak)
Ragam Riau – Perkotaan merupakan wilayah non pertanian dengan fungsi kawasan yang meliputi pemukiman, distribusi dan pemusatan kegiatan jasa, pemerintahan, kegiatan ekonomi, dan pendidikan. Perkembangan teknologi dan ekonomi yang berlangsung cepat di perkotaan menyebabkan keterbatasan lahan hijau sebagai dampak dari kebutuhan lahan bagi perkantoran, perumahan, dan fasilitas umum penunjang kota. Degradasi lahan diperkotaan menimbulkan masalah tersendiri seperti polusi lingkungan yang berasal dari limbah perkotaan yang membuat tingkat pencemaran yang begitu tinggi. Selain itu juga, kawasan perkotaan di negara-negara berkembang memiliki isu umum antara lain persoalan kemiskinan, yakni kesulitan dalam menciptakan lapangan kerja formal untuk masyarakat miskin.
Kegiatan pertanian perkotaan dewasa ini telah banyak dilakukan di beberapa negara, ternyata memberikan nilai positif bagi keberlanjutan ekologi dan pembentukan ketahanan pangan. Bila dilakukan secara berkelanjutan akan memberikan keuntungan kepada masyarakat dalam bentuk ekonomi, social, edukasi, wisata dan estetika. Pertanian perkotaan menjadi harapan bagi generasi muda dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, mengurangi dampak pengangguran, sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat miskin perkotaan.
Salah satu system pertanian yang familiar untuk kawasan perkotaan adalah system hidroponik. Secara umum hidroponik adalah system budidaya pertanian tidak menggunakan tanah melainkan menggunakan air yang mengandung larutan nutrient. Perkembangan menanam tanaman dengan menggunakan media air ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Ditambah dengan semakin sempitnya lahan tanam di perkotaan, yang membuat banyak orang tidak dapat menanam tanaman sesuka hati karena kesibukan rutinitasnya. Budidaya hidroponik semakin meluas pada awal abad ke 19, tetapi namanya belum hidroponik, tetapi budidaya perairan. Istilah hidroponik pertama kali diperkenalkan oleh seorang peneliti bernama William Frederick Gericke, yang saat itu berhasil menanam tomat dengan metode hidroponik dengan ukuran tinggi tanamannya yang mencapai 25 cm. Kemudian Willian Gericke tersebut menerbitkan buku yang isinya mengenai teknik, nutrisi, media dan hal lainnya tentang hidroponik yang sangat lengkap. Dari situlah cara menanam atau budidaya dengan hidroponik ini semakin meluas dan berkembang pesat, termasuk penanaman hidroponik di Indonesia yang juga mulai banyak digunakan oleh para petani dan orang biasa. Contoh tanaman yang dapat dibudidayakan untuk keperluan komersial dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi adalah paprika, pakcoy, tomat, selada, seledri, melon, semangka, strawberry, dan kangkung. Selain jenis tanaman yang disebutkan itu, masih banyak tanaman yang dapat dibudidayakan menggunakan teknik hidroponik. Hasil dari tanaman, hidroponik itu bagus dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Sistem pertanian hidroponik memiliki banyak keunggulan, diantaranya tingkat keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih tinggi, perawatannya lebih praktis dan keberadaan hama lebih terkontrol, efisien dalam penggunaan pupuk, lebih mudah dalam penggantian tanaman yang rusak, tidak membutuhkan banyak tenaga kasar dalam pengelolaannya, hasil produksi lebih berkelanjutan dan lebih banyak, beberapa tanaman tidak bergantung musim, dan tidak memiliki risiko erosi, kebanjiran, kekeringan, atau ketergantungan dengan kondisi alat, dan dapat dikembangkan dengan ruang terbatas. Usaha tani dengan system hydroponic adalah konsep yang dilakukan untuk mengantisipasi keterbatasan lahan di perkotaan guna dimanfaatkan sebagai kebun yang produktif. Diharapkan dengan system ini dapat memberikan alternative yang solutif bagi permasalahan lingkungan perkotaan dan sekaligus sebagai tawaran konstributif untuk meningkatan ekonomi masyarakat miskin serta sebagai akses pangan rumah tangga perkotaan.
Negara Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia sedang mengalami transisi demografis. Persentase penduduk usia kerja dari total jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2030. Pertambahan tenaga kerja usia muda memerlukan pekerjaan berkualitas. Oleh karena itu, sekarang adalah saat yang tepat untuk melakukan perubahan dan cara pandang terhadap bidang kerja agar dapat meningkatkan pertumbuhan supaya Indonesia semakin makmur dengan memanfaatkan dividen demografi sebelum penduduknya menua.
Jika dilihat pada sector pertanian, jumlah petani di Indonesia semakin banyak berkurang, generasi muda perkotaan dapat melirik pertanian sebagai bidang pekerjaan yang menguntungkan bagi mereka. Karena jumlah petani muda yang ada di Indonesia saat ini pun terbilang cukup sedikit, karena tercatat di tahun 2019 hanya ada sekitar 33, 4 juta saja. Dari jumlah tersebut pun untuk kalangan muda yang rentang usia 20 – 30 tahun hanya ada sekitar 2,7 juta orang saja. Data ini menunjukkan peluang pekerjaan di bidang pertanian sangat terbuka luas bagi kalangan muda.
Dibanyak negara maju misalnya Jepang, bertani secara hidroponik menjadi gengsi dan style tersendiri bagi kalangan muda perkotaan. Sebab hidroponik dipandang sebagai sektor strategis yang mampu memberikan nilai tambah yang berlipat dan merupakan bidang kerja profesional seperti sector-sektor lainnya. Bahkan kemajuan sektor-sektor lain sangat tergantung pada kemajuan sektor pertanian. Pertanian hari ini bukanlah sektor tradisional yang kurang bergengsi, tapi ianya penentu bagi berkembangnya sector lain, apatah lagi dewasa ini teknik bertani sudah banyak yang memakai inovasi teknologi.
Negara kita melalui pemerintah melakukan dorongan yang kuat agar terciptanya petani petani muda. Kementerian Pertanian berharap dengan adanya petani muda perkotaan atau urban farming ini maka akan: (1) terjadi pertumbuhan 2,5 juta pelaku usaha pertanian milenial sampai dengan 2024 dan sesuai perkiraan UNDP (dengan adanya urban farming mampu meningkatkan produksi pangan antara 15-20 persen ; (2) mengatasi pengangguran atau pekerja yang terdampak pandemi covid 19; (3) mengatasi masalah kemiskinan.
Sebagai bagian dari entrepreneurship, bertani secara hidroponik adalah solutif bagi pertumbuhan tenaga kerja di Indonesia. Pemerintah telah menyiapkan sosialisasi melalui dinas teknis dan tenaga pendamping agar calon petani muda dapat dengan yakin melangkah di bidang pertanian. Bahkan pemerintah memastikan akses dan ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian. Kaum muda Indonesia harus mampu melihat informasi dan merebut peluang yang luas dibidang ini. Dari tahun ke tahun permintaan hasi produksi hidroponik terus mengalami peningkatan hingga 20% setiap tahun berjalan. Hidroponik sekarang telah menjadi bagian bisnis yang menguntungkan, tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan tani yang tradisional.
Perkotaan merupakan wilayah non pertanian dengan fungsi kawasan yang meliputi pemukiman, distribusi dan pemusatan kegiatan jasa, pemerintahan, kegiatan ekonomi, dan pendidikan. Perkembangan teknologi dan ekonomi yang berlangsung cepat di perkotaan menyebabkan keterbatasan lahan hijau sebagai dampak dari kebutuhan lahan bagi perkantoran, perumahan, dan fasilitas umum penunjang kota. Degradasi lahan diperkotaan menimbulkan masalah tersendiri seperti polusi lingkungan yang berasal dari limbah perkotaan yang membuat tingkat pencemaran yang begitu tinggi. Selain itu juga, kawasan perkotaan di negara-negara berkembang memiliki isu umum antara lain persoalan kemiskinan, yakni kesulitan dalam menciptakan lapangan kerja formal untuk masyarakat miskin.
Kegiatan pertanian perkotaan dewasa ini telah banyak dilakukan di beberapa negara, ternyata memberikan nilai positif bagi keberlanjutan ekologi dan pembentukan ketahanan pangan. Bila dilakukan secara berkelanjutan akan memberikan keuntungan kepada masyarakat dalam bentuk ekonomi, social, edukasi, wisata dan estetika. Pertanian perkotaan menjadi harapan bagi generasi muda dalam menciptakan lapangan pekerjaan yang baru, mengurangi dampak pengangguran, sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat miskin perkotaan.
Salah satu system pertanian yang familiar untuk kawasan perkotaan adalah system hidroponik. Secara umum hidroponik adalah system budidaya pertanian tidak menggunakan tanah melainkan menggunakan air yang mengandung larutan nutrient. Perkembangan menanam tanaman dengan menggunakan media air ini terus berkembang dari waktu ke waktu. Ditambah dengan semakin sempitnya lahan tanam di perkotaan, yang membuat banyak orang tidak dapat menanam tanaman sesuka hati karena kesibukan rutinitasnya. Budidaya hidroponik semakin meluas pada awal abad ke 19, tetapi namanya belum hidroponik, tetapi budidaya perairan. Istilah hidroponik pertama kali diperkenalkan oleh seorang peneliti bernama William Frederick Gericke, yang saat itu berhasil menanam tomat dengan metode hidroponik dengan ukuran tinggi tanamannya yang mencapai 25 cm. Kemudian Willian Gericke tersebut menerbitkan buku yang isinya mengenai teknik, nutrisi, media dan hal lainnya tentang hidroponik yang sangat lengkap. Dari situlah cara menanam atau budidaya dengan hidroponik ini semakin meluas dan berkembang pesat, termasuk penanaman hidroponik di Indonesia yang juga mulai banyak digunakan oleh para petani dan orang biasa. Contoh tanaman yang dapat dibudidayakan untuk keperluan komersial dan memiliki nilai jual yang cukup tinggi adalah paprika, pakcoy, tomat, selada, seledri, melon, semangka, strawberry, dan kangkung. Selain jenis tanaman yang disebutkan itu, masih banyak tanaman yang dapat dibudidayakan menggunakan teknik hidroponik. Hasil dari tanaman, hidroponik itu bagus dan memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Sistem pertanian hidroponik memiliki banyak keunggulan, diantaranya tingkat keberhasilan tanaman untuk tumbuh dan berproduksi lebih tinggi, perawatannya lebih praktis dan keberadaan hama lebih terkontrol, efisien dalam penggunaan pupuk, lebih mudah dalam penggantian tanaman yang rusak, tidak membutuhkan banyak tenaga kasar dalam pengelolaannya, hasil produksi lebih berkelanjutan dan lebih banyak, beberapa tanaman tidak bergantung musim, dan tidak memiliki risiko erosi, kebanjiran, kekeringan, atau ketergantungan dengan kondisi alat, dan dapat dikembangkan dengan ruang terbatas. Usaha tani dengan system hydroponic adalah konsep yang dilakukan untuk mengantisipasi keterbatasan lahan di perkotaan guna dimanfaatkan sebagai kebun yang produktif. Diharapkan dengan system ini dapat memberikan alternative yang solutif bagi permasalahan lingkungan perkotaan dan sekaligus sebagai tawaran konstributif untuk meningkatan ekonomi masyarakat miskin serta sebagai akses pangan rumah tangga perkotaan.
Negara Indonesia dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia sedang mengalami transisi demografis. Persentase penduduk usia kerja dari total jumlah penduduk di Indonesia diperkirakan akan terus bertambah hingga tahun 2030. Pertambahan tenaga kerja usia muda memerlukan pekerjaan berkualitas. Oleh karena itu, sekarang adalah saat yang tepat untuk melakukan perubahan dan cara pandang terhadap bidang kerja agar dapat meningkatkan pertumbuhan supaya Indonesia semakin makmur dengan memanfaatkan dividen demografi sebelum penduduknya menua.
Jika dilihat pada sector pertanian, jumlah petani di Indonesia semakin banyak berkurang, generasi muda perkotaan dapat melirik pertanian sebagai bidang pekerjaan yang menguntungkan bagi mereka. Karena jumlah petani muda yang ada di Indonesia saat ini pun terbilang cukup sedikit, karena tercatat di tahun 2019 hanya ada sekitar 33, 4 juta saja. Dari jumlah tersebut pun untuk kalangan muda yang rentang usia 20 – 30 tahun hanya ada sekitar 2,7 juta orang saja. Data ini menunjukkan peluang pekerjaan di bidang pertanian sangat terbuka luas bagi kalangan muda.
Dibanyak negara maju misalnya Jepang, bertani secara hidroponik menjadi gengsi dan style tersendiri bagi kalangan muda perkotaan. Sebab hidroponik dipandang sebagai sektor strategis yang mampu memberikan nilai tambah yang berlipat dan merupakan bidang kerja profesional seperti sector-sektor lainnya. Bahkan kemajuan sektor-sektor lain sangat tergantung pada kemajuan sektor pertanian. Pertanian hari ini bukanlah sektor tradisional yang kurang bergengsi, tapi ianya penentu bagi berkembangnya sector lain, apatah lagi dewasa ini teknik bertani sudah banyak yang memakai inovasi teknologi.
Negara kita melalui pemerintah melakukan dorongan yang kuat agar terciptanya petani petani muda. Kementerian Pertanian berharap dengan adanya petani muda perkotaan atau urban farming ini maka akan: (1) terjadi pertumbuhan 2,5 juta pelaku usaha pertanian milenial sampai dengan 2024 dan sesuai perkiraan UNDP (dengan adanya urban farming mampu meningkatkan produksi pangan antara 15-20 persen ; (2) mengatasi pengangguran atau pekerja yang terdampak pandemi covid 19; (3) mengatasi masalah kemiskinan.
Sebagai bagian dari entrepreneurship, bertani secara hidroponik adalah solutif bagi pertumbuhan tenaga kerja di Indonesia. Pemerintah telah menyiapkan sosialisasi melalui dinas teknis dan tenaga pendamping agar calon petani muda dapat dengan yakin melangkah di bidang pertanian. Bahkan pemerintah memastikan akses dan ketersediaan infrastruktur penunjang pertanian. Kaum muda Indonesia harus mampu melihat informasi dan merebut peluang yang luas dibidang ini. Dari tahun ke tahun permintaan hasi produksi hidroponik terus mengalami peningkatan hingga 20% setiap tahun berjalan. Hidroponik sekarang telah menjadi bagian bisnis yang menguntungkan, tidak lagi dipandang sebagai pekerjaan tani yang tradisional.