
Ragam Riau — Salah seorang mahasiswa Indonesia yang belajar di Universitas Zainal Abidin (UniSZA) Malaysia, Dedi Iskamto yang juga mantan anggota KPU Pekanbaru berhasil mempertahankan disertasinnyan berjudul, An Analysis of The Factors Determining The Entrepreneur Satisfaction of Micro And Small Enterprises In Indonesia, pada Viva Voce (sidang akhir) yang dilakukan secara online melalui webex Meeting.
Dihadapan para penguji yakni Dr. Norhilmi Bin Muhammad, Prof. Dr. Wan Fauziah Binti Wan Yusoff, Ujian tersebut diketui olah Prof. Dr. Zainudin Awang juga dihadiri oleh perwakilan Fakultas Bisnis dan Manajemen, Dr. Norizan binti Ramli, didampingi oleh pembimbingnya Prof Madya Dr. Puspa liza Ghazali dan Dr. Asyraf Aftanorhan pada senin, 17 Januari 2022.
Dalam paparanya bahwa salah satu persoalan yang dihadapi oleh pengusaha UMKM dan jarang di teliti di Indonesia adalah berkaitaan dengan Kepuasan Wirausaha. Dikatanya bahwa wirausaha yang puas terhadap kinerja usahanya cenderung untuk bertahan sedangkan yang tidak puas dengan hasil usaha akan meninggalkan usahanya dan kembali menjadi pengawai. Selain itu Dedi juga meneliti kinerja UMKM dilihat dari dukungan pemerintah, Kompetensi dan Lingkungan sekitar.
Ditemukan bahwa dukungan pemerintah tidak berpengaruh terhadap kinerja UMKM, artinya selama ini UMKM masih berjalan sendiri tanpa dukungan dari pemerintah, selain itu faktor Gender dan Pendidikan menjadi faktor moderator baik bagi kinerja dan kepuasan pengusaha UMKM.
Dedi berhasil menyelesaikan pendidikan doktornya dalam masa tiga tahun atau enam semester. Selain itu selama masa pendidikanya ia berhasil menerbitkan lima paper yang terindeks Scopus dan puluhan paper yang dimuat di jurnal nasional dan internasional. Juga menerbitkan Paper tidak kurang 9 konfrensi internasional telah diikuti diberbagai negara, seperti Malaysia, Arab Saudi, Amerika Serikat, Singapura dan Indonesia, bahkan pada konfrensi di Amerika serikat Dedi berhasil menggondol predikat the Best Track Paper, sebuah prestasi yang membanggakan.
“Belajar dan berkarya adalah sebuah kenikmatan dimana pada masa itu saya ingin mencurahkan semua potensi saya untuk mencapai yang terbaik,”ujar Dedi.
Dedi yang saat kuliah juga aktif di PPI Unisza berharap agar semakin banyak doktor yang dilahirkan baik di Indonesia maupun diseluruh dunia untuk mendukung pendidikan tinggi Indonesia agar bisa semakin maju.
Kesannya selama kuliah di Malaysia adalah merasakan atmosfir internasional karena bertemu mahasiswa berbagai bangsa mulai dari arab, afrika, india, pakistan, eropa dan berbagai negara lain, sehingga hal ini membuka wawasan dan memperlancar bahasa inggris. Selain itu kewajiban menulis disertasi dalam bahasa inggris telah menjadi tantangan karena selama di indonesia sangat jarang menulis dalam bahasa inggris. Disertasinya sendiri setebal 325 halaman dan ditulis dalam bahasa inggris.
“Ada untung rugi kuliah di luar negeri walaupun negara tetangga, tetapi Malaysia mempunyai sistem dan standar yang berbeda dengan Indonesia dalam pendidikan, sehingga kita harus bisa menyesuikan diri,”ucap dedi.
Ditambahkan diantara hal yang berbeda dengan di Indonesia di Pasca sarjana di Malaysia baik master atau doktor terbiasa dengan sistem by research dimana disini mahasiswa dituntut untuk mandiri dalam melakukan penelitian, pungkas dedi.