Ragamriau.com — Berinvestasi secara konvensional seperti dengan membeli tanah yang dilakukan masyarakat menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution lebih baik diganti dengan berinvestasi di pasar Modal dan keuangan.
Menurut Darmin, salah satu keuntungan berinvestasi di pasar modal adalah perputaran uang lebih cepat dibandingkan investasi membeli tanah.
“Sangat penting untuk meyakinkan masyarakat kita agar saving-nya dilakukan di pasar keuangan. Kalau saving-nya untuk beli tanah bagus-bagus saja, tapi yakin lah putarannya sangat lambat,” ungkapnya di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), seperti dilansir merdeka.com.
Pernyataan Menko Darmin itu dinilai Sekretaris Perusahaan PT Reliance Sekuritas Indonesia (Reli), Erry TP Hidayat sangat positif untuk mengedukasi masyarakat.
Kata Erry, pertumbuhan jumlah investor di Pasar modal indonesia selama bertahun-tahun masih terkendala oleh sulitnya distribusi informasi, di mana semua informasi mengenai investasi masih terpusat pada kota-kota besar.
Dari data tim riset Reli hingga November 2018, pertumbuhan jumlah investor berhasil break the record di mana tercatat untuk pertama kalinya pertumbuhan investor secara tahunan melebihi 100 ribu SID, dikisaran 200 ribu SID pada tahun 2018. Diprediksi pertumbuhan investor di tahun ini akan berkemungkinan semakin tinggi seiring berkembang pesatnya teknologi informasi.
“Keuntungan berinvestasi saham yang pertama adalah capital gain. Capital gain yang dimaksud dari keuntungan dari selisih kenaikan dari harga saham yang kita beli hingga kita jual kembali,” ujar Erry di Jakarta, Kamis (17/1/2019).
Contoh BBCA yang mengalami Capital Gain selama tahun 2018 sebesar 18,72 persen dari harga Rp 21.900 perlembar menjadi Rp 26.000 perlembar di akhir tahun 2018. Hal ini tentu lebih menguntungkan dibandingkan menabung di bank dengan bunga deposito sekitar 7 persen – 8 persen.
Selain keuntungan dari capital gain, pada harga sahamnya juga mendapat dividen dari laba perusahaan berdasarkan banyaknya saham yang dimiliki jika perusahaan memiliki kinerja keuangan yang positif.
Tentu masih ada tantangan bagi seorang investor pemula. Biasanya investor kurang konsisten memilih saham mana yang memiliki kinerja keuangan maupun fundamental bagus karena rumor dan berita yang beredar cukup mampu mempengaruhi psikologis investor.
Kemudian, kondisi ekonomi dalam maupun luar negeri pun menjadi tantangan tersendiri karena akan terimbas pada kinerja bisnis emiten pada sektor tertentu. Seperti melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap USD, pengurangan impor batubara oleh China, tingkat suku bunga Amerika yang berimbas ke aksi jual investor asing, hingga tensi perdagangan global yang memanas.
“Agar berhasil dalam investasi saham, pertama pelajari dulu mengenai Investasi saham dan mekanismenya dengan mengikuti sekolah pasar modal di BEI secara gratis. Kedua harus tahu dulu besaran modal yang akan dipakai untuk berinvestasi dan modal investasi itu harus lepas dari kebutuhan sehari-hari.”
Ketiga mulailah cari perusahaan terbuka yang lebih dekat dari apa yang dikonsumsi dan pakai sehari-hari. Keempat lakukan analisa kondisi perusahaan dan lingkungan bisnisnya hingga besaran keuntungannya pertahun.
“Cari perusahan sekuritas terbaik yang dapat merangkul dan memudahkan anda membeli saham untuk investasi. RELI memiliki rekam jejak positif dan berpengalaman dengan jangkauan kantor cabang di berbagai daerah,” ucap Erry.
Untuk investor pemula sangat disarankan melalu broker membeli atau pun menjual saham selagi belajar mengoperasikan trading sistem. Karena menggunakan broker akan mendapatkan service lebih dari layanan menjual membeli hingga informasi mengenai saham yang akan diinvestasikan.
“Untuk investasi dari menajemen keuangan idealnya adalah sekitar 30 persen dari penghasilan pada deposito, obligasi, reksadana dan saham,” ucapnya.
Adapun untuk membatasi resiko dalam berinvestasi saham perlu disiplin dalam memilih saham mana yang akan dipilih untuk diinvestasikan. Disiplin menggunakan metode analisa kinerja keuangan perusahaan dan fundamentalnya.
Kemudian, pastikan perusahaan yang akan dibeli sahamnya, jelas dari sisi bisnisnya dan mengalami keuntungan setiap tahunnya. Kemudian, gunakan Stop-loss jika harga saham yang dibeli turun signifikan akibat iklim ekonomi yang bergejolak.
“Stop-loss yang ditentukan berdasarkan karakter investornya sendiri dari 10 persen hingga 30 persen dari modal awal. Terus update berita mengenai ekonomi dalam maupun luar negeri dan tentu perusahaan yang kita beli sahamnya,” tegas Erry.