Ragamriau.com, Pekanbaru — Bersama 10 Sekolah lainnya di Kota Pekanbaru, Provinsi Riau, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Hasanah Pekanbaru menerima penghargaan sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional tahun 2018 dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI. Keberhasilan itu tentu sangat membanggakan, karena SMK Hasanah satu-satunya sekolah swasta yang menerima pengrahraan tersebut di Pekanbaru.
“Selain kami, ada juga tiga SMP dan empat SD yang menerima. Sementara untuk tingkat sekolah menengah, diterima juga oleh SMKN 6 dan SMA 10 Pekanbaru,” ungkap Ketua Tim Adiwiyata SMK Hasanah, Sri Hartanti SE, Kamis (10/1/2019), di Pekanbaru.
Dia menjelaskan, penghargaan dan sertifikat Sekolah Adiwiyata Nasional itu sudah diberikan pada tanggal 21 Desember lalu di Kementerian Lingkungan Hidup. Selanjutnya, mereka berencana akan berupaya meriah predikat sebagai Sekolah Adiwiyata Mandiri.
Sebelumnya, ungkap Sri, Tim Adiwiyata telah mempersiapkan dari segi lingkungan, siswa dan file yang berisi kurikulum, Rencana Kerja Anggaran Sekolah, kegiatan siswa dan sarana prasarana. File inilah yang dicek oleh tim dari pusat untuk melakukan penilaian.
Sementara, yang turun langsung mengecek kondisi di lapangan adalah tim dari BLH Provinsi Riau. Sebelumnya, file calon sekolah adiwiyata diverifikasi BLH. Jika lolos, file itulah yang dikirimkan ke Kementerian LHK.
Dijelaskan Sri, setelah lolos di tingkat provinsi, pihak sekolah memantau aktivitas siswa. Seperti, kegiatan bank sampah dan pengolahan kompos. Disamping itu, perawatan lingkungan juga dilakukan. “Semua dilakukan secara rutin oleh siswa. Ada jadwal yang diberikan oleh pihak sekolah,” kata dia.
Bank Sampah itu juga sudah bekerjasama dengan Tuan Dibangarna Bank. Dimana, ada buku tabungan sampah yang disetor oleh siswa dan guru. Sementara, dengan Dalang Colection kerjasama lebih fokus pada pelatihan.
“Bank Sampah dan pengolahan kompos ini menjadi sangat penting. Karena disinilah dilihat bagaimana pihak sekolah mampu mengelola sampah organik maupun anorganik yang ada di lingkungannya,” kata dia.
Kemudian, ada karya inovasi kripik bayam. Dimana, bayam ditanam sendiri oleh siswa, diolah menjadi kripik bayam kemudian dijual di lingkungan sekolah. Ada beberapa sayur lagi yang ditanam siswa di lingkungan sekolah.
Dari segi kurikulum, seluruh mata pelajaran telah memuat materi tentang lingkungan hidup. Materi ini diberikan untuk semua tingkatan mulai kelas X sampai XII.
Dijelaskan Sri, pihaknya tak akan puas dengan yang didapat sekarang. Mereka juga berencana bisa meraih status sebagai sekolah Adiwiyata Mandiri. Namun, dia mengerti bahwa persiapan untuk Adiwiyata Mandiri tidak mudah. Untuk persiapan, minimal butuh 2 tahun.
Sementara, Kepala SMK Hasanah, Sondang Elisabet menegaskan, apa yang telah diraih jangan lantas membuat mereka berpuas diri. Menurutnya, prestasi ini harus berlanjut. Misalnya dengan maju ke Adiwiyata Mandiri.
Disamping itu, mempertahankan lingkungan tetap bersih juga sangat perlu. Karena tidak mungkin juga sekolah Adiwiyata kondisi lingkungannya tidak bersih.
Keuntungannya, membuat siswa bahwa sekolah bersih itu sehat. Disamping itu, budaya bersih tertanam dalam diri anak. Sehingga, ketika di lingkungan luar nampak ada perilaku tak bersih, mereka mau berperan untuk mengingatkan. (end)